Barcelona Harus Selalu Bermain Tiki-Taka

1. 
   

Gelandang senior Barcelona, Xavi Hernandez, menegaskan bahwa timnya harus tetap mempertahankan ciri khas yang sudah menjadi kebesarannya, yakni bermain bagus dan mendominasi permainan. Menurutnya, menang tanpa permainan khas seperti itu bukan identitas Barcelona.
Menurut Xavi, cara bagaimana tim terus meraih prestasi setara dan sepenting apa yang mereka menangkan.
"Ini tentang melakukan sesuatu secara ekstra, bukan sekadar menang. Ini tentang bermain bagus dan kemudian jika ANda meraih kemenangan, itu akan lebih baik," tegas Xavi kepada situs resmi UEFA, Rabu (17/4/2013).
"Barca selalu mencoba langsung dalam pertandingan. Mereka tak menunggu aksi lawan, tapi langsung tampil dan menyerang. Sehingga, publik mengidentifikasi klub ini. Sepak bola dimainkan untuk mengejar kemenangan, tapi kepuasan kami harus ganda. Tim lain sudah bahagia jika hanya menang, tapi tak sama dengan kami," tambahnya.
"Identitas menjadi berkurang. Dalam sepak bola, hasil terkadang menjadi semu. Anda bisa melakukan hal yang benar-benar bagus tapi tak menang. Ada sesuatu yang lebih hebat daripada hasil dan lebih dikenang, yakni pusaka," tandasnya.
Pusaka Barca itu dalam ancaman pada babak 16 besar Liga Champions. Mereka kalah 0-2 dari AC Milan di leg pertama. Namun, Barca akhirnya lolos ke perempat final setelah menang 4-0 pada leg kedua di Camp Nou.
"Kami tak bermain bagus di Milan. Tapi, kekalahan 0-2 rasanya tak adil. Di kandang, kami tahu memiliki segalanya di pihak kami: suporter, lapangan yang kami suka, dan bola bergerak dengan baik. Sehingga, kami bsia mengubah keadaan. Itu momen sangat indah. Kami hanya kalah di semifinal Copa del Rey melawan Real Madrid dan itu sebuah kemunduran," ucapnya.
Xavi juga yakin timnya akan melangkah ke final Liga Champions musim ini yang akan digelar di Stadion Wembley, Inggris. Di semifinal, mereka akan menghadapi Bayern Muenchen. Di Wembley, Barca sering beruntung. Mereka dua kali menjuarai Liga Champions di stadion itu.
"Wembley memberi banyak kebahagiaan kepada kami, karena dua gelar Liga Champions kami raih di sana. Kali ini akan sulit, tapi kami ingin berada di sana dengan segala perasaan yang baik," katanya.
"Pada 1992, kami menang dengan gol (Ronald) Koeman. Dua musim lalu, kami menang lawan Manchester United dan saat itu kami sangat dominan. Kami melakukan apa yang kami latih setiap hari. Menguasai bola dan unggul lebih dulu," tuntasnya.